Tidak sekedar potensi sumber daya
alam baik hasil tambang dan wisata alam, Papua sebagai bagian dari wilayah NKRI juga terkenal memiliki kekayaan tradisi dan budaya. Beberapa
tradisi dan kebudayaan dari pulau ini, bahkan telah dikenal hingga ke banyak
negara. Diantaranya adalah, seni ukir (pahat), dan festival budaya yang rutin
dilakukan di Lembah Baliem, di Pegunungan Jayawijaya. Tetapi bukan hanya itu,
dengan potensi lebih dari 200 suku dan bahasa di Papua, tersimpan pula tradisi khas masyarakat Papua.
Berikut adalah beberapa tradisi masyarakat di Papua ;
1. Tradisi
Bakar Batu
Salah
satu tradisi budaya tertua di Papua ini, adalah simbol rasa syukur dan
persaudaraan, akan tetapi di daerah tertentu Bakar batu biasanya juga dilakukan
dalam prosesi upacara kematian. Tradisi Bakar Batu merupakan sebuah cara yang
digunakan masyarakat Papua, untuk memasak beberapa jenis bahan makanan (ubi, singkong,
daging Babi dan sayur-sayuran) di atas batu yang telah dipanaskan. Ada beberapa
tahapan untuk melakukan Bakar Batu, diantaranya adalah menyiapkan lubang untuk
tempat menyusun kayu bakar dan batu, beserta bahan makanan yang akan dimasak.
Setelah lubang tergali, batu-batu yang telah dikumpulkan disusun berdasarkan
ukuran. Batu yang besar di letakkan pada bagian paling bawah, dan di bagian
atas akan disusun kayu bakar. Selanjutnya lapisan kayu bakar tersebut akan
dilapisi kembali dengan batu yang ukurannya lebih kecil, setelah itu proses
pembakaran dilakukan untuk memanaskan batu. Setelah batu panas, barulah bahan
makanan yang telah disiapkan disusun sedemikian rupa diatas batu tersebut. Setelah
semua bahan makanan tersebut matang, dilakukan kegiatan makan bersama. Tradisi
Bakar Batu ini, memiliki beberapa sebutan yang berbeda untuk masing-masing daerah, namun
secara umum dikenal dengan sebutan Barapen.
2. Tradisi
Potong Jari Suku Dani
Ada
banyak cara menunjukkan rasa berduka bila ditinggalkan anggota keluarga yang
meninggal dunia. Namun, untuk suku Dani yang mendiami wilayah Lembah Baliem, di
Papua rasa sedih dan duka cita diwujudkan dengan memotong jari, bila ada anggota
keluarga seperti suami/istri, ayah, ibu, anak dan adik. Tradisi yang wajib
dilakukan ini, menurut mereka adalah simbol dari kesedihan yang teramat dalam
seseorang yang kehilangan anggota keluarganya, selain itu potong jari juga diartikan
untuk mencegah kembali malapetaka yang menyebabkan kematian dalam keluarga
tersebut. Tradisi potong jari ini dilakukan dengan berbagai banyak cara,
mulai dari menggunakan benda tajam seperti pisau, kapak, atau parang. Cara lain
yang digunakan adalah dengan menggigit ruas jarinya hingga putus, mengikatnya
dengan seutas tali sehingga aliran darahnya terhenti dan ruas jari menjadi mati
kemudian baru dilakukan pemotongan jari.
3. Tradisi
Tato
Di
Papua tradisi merajah tubuh, yang telah berjalan turun temurun. Beberapa suku
yang biasanya menghiasi tubuhnya dengan tato adalah suku Moi dan Meyakh di
daerah Papua Barat. Motif tato yang dibubuhkan pada tubuh suku-suku di Papua
memiliki perbedaan dan ciri tertentu, umumnya tato tersebut memiliki motif
geometris atau garis-garis melingkar serta titik-titik berbentuk segitiga
kerucut, atau tridiagonal yang dibariskan. Alat dan bahan yang digunakan dalam
pembuatan tato di Papua diantaranya adalah menggunakan duri pohon sagu atau
tulang ikan, dan mencelupkanannya kedalam campuran arang halus dan getah pohon
langsat. Umumnya tato dilakukan pada bagian dada, pipi, kelopak mata, betis,
pinggul, punggung dan juga di bagian tangan.
4. Tradisi Ararem
Suku Biak
Tradisi
Ararem adalah prosesi mengantar mas kawin oleh suku Biak. Dalam prosesi ini,
mas kawin akan diantarkan dengan berjalan kaki, disertai nyanyian dan tarian.
Uniknya kebanyakan tradisi Ararem dilakukan dengan membawa dan
mengibar-ngibarkan bendera merah putih, tidak banyak referensi yang dapat
menjelaskan mengapa dalam tradisi ini bendera tersebut digunakan. Keunikan
tradisi di Papua oleh suku Biak dalam mengantar mas kawin dengan arak-arakan,
serta membawa bendera negara tersebut, kemungkinan besar hanya satu-satunya di
Indonesia dan tidak dilakukan oleh suku lain di luar Papua.
Demikain
semoga bermanfaat.
Salam
satunusa